Sebanyak 2357 item atau buku ditemukan

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP's) PADA PASIEN ANAK PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI UPTD PUSKESMAS NANGGUNG 2017

No: 388 Drug Related Problems (DRP’s) didefinisikan sebagai suatu peristiwa atau keadaan yang memungkinkan atau berpotensi menimbulkan masalah pada hasil pengobatan yang diberikan. Masalah-masalah yang terkait dalam DRP’s merupakan salah satu tugas farmasis dalam mencapai pengobatan yang diinginkan. Identifikasi DRP’s dalam pengobatan penting dalam rangka mengurangi mordibilitas, mortalitas serta biaya terapi. Beberapa jenis masalah yang berhubungan dengan obat yaitu adanya penyakit yang tidak terobati, adanya obat yang tidak memiliki indikasi, adanya obat dengan dosis yang tidak tepat, penggunaan obat yang tidak tepat waktu, dan terjadinya Advere Drug Reaction (ADR) seperti efek samping obat, keracunan, reaksi alergi makanan. Telah dilakukan penelitian pada pasien anak penderita ISPA yang berobat ke UPTD Puskesmas Nanggung yang bertujuan untuk mengevaluasi ada atau tidaknya kejadian DRP’s. penelitian ini dilakukan secara retrospektif dan kejadian DRP’s yang dievaluasi sebanyak 308 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil eveluasi menunjukan 97 kasus yang meliputi 1,6% kasus indikasi tanpa terapi atau 5 kejadian, 1,6% kasus terapi tanpa indikasi atau 5 kejadian, 27,3% kasus dosis subteraupetik atau 84 kejadian dan 1% 4 kasus kegagalan menerima obat atau 3 kejadian.

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis) DALAM SEDIAAN SABUN GEL PEMBERSIH WAJAH SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH

No: 387 Daun sukun (Artocarpus altilis F) memiliki memiliki kandungan senyawa flavonoid yang bermanfaat sebagai antioksidan. Senyawa ini diperlukan kulit untuk mencegah dan mengurangi efek radikal bebas. Pada penelitian ini dilakukan formulasi sediaan sabun gel pembersih wajah menggunakan ekstrak etanol 96% daun sukun. Dilakukan tiga formulasi dengan konsentrasi ekstrak yang berbeda yaitu 10% (formula 1), 20% (Formula 2), dan 40% (Formula 3) dan dilakukan pengukuran aktivitas antioksidan pada ketiga formula tersebut. Penentuan aktivitas antioksidan ditetapkan dengan metode peredaman DPPH. Hasil dengan aktivitas antioksidan tertinggi kemudian dilakukan uji kestabilan fisik. Uji kestabilan fisik dilakukan dengan pengamatan sabun gel yang disimpan pada suhu rendah (4±2◦C), suhu kamar (27±2◦C), suhu tinggi (40±2◦C), dan cycling test. Hasil penelitian menunjukkan nilai IC50 sabun gel pembersih wajah yang mengandung ekstrak etanol 96% daun sukun 10, 20, dan 40% berturut-turut adalah 310.7033 µg/mL, 232.24 µg/mL, dan 140.036 µg/mL. Sabun gel pembersih wajah FIII stabil secara fisik pada penyimpanan suhu rendah, suhu kamar, suhu tinggi dan cycling test.

UJI AKTIVITAS SALEP EKSTRAK DAUN SINTRONG (Crassocephalum crepidioides (Benth.) S. Moore) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA GORES PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR Sprague dawley

No: 386 Daun sintrong merupakan tumbuhan berkhasiat obat yang bekerja dalam proses penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk membuat formulasi salep dari ekstrak daun sintrong (Crassocephalum crepidioides (Benth.) S. moore) dan uji daya penyembuhan luka gores pada kulit tikus putih jantan (Sprague dawley). Ekstrak daun sintrong diperoleh dengan metode maserasi bentuk simplisia daun sintrong dalam etanol 96% yang kemudian dikeringkan dengan evaporator. Kelompok senyawa kimia ekstrak ditentukan dengan uji fitokimia. Pembuatan formulasi salep menggunakan ekstrak daun sintrong dengan menggunakan hewan uji sebanyak 25 ekor dengan 5 kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif, kontrol positif, salep daun sintrong 5%, salep daun sintrong 10% dan salep daun sintrong 15%. Semua tikus dilukai sepanjang 1.5 cm. Luka diolesi tiga kali sehari dengan salep yang diuji. Pengamatan luka dilakukan setiap hari (hari ke-0 sampai ke-7). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak secara positif mengandung flavonoid, saponin dan tannin. Kemudian setelah 7 hari pengobatan, semua konsentrasi memiliki memiliki efek positif pada penyembuhan luka dan penyembuhan yang terbaik ditunjukkan dengan perparasi salep dengan konsesntrasi 10 % dan 15%.Semua data kuantitatif diuji secara statistic menggunakan ANOVA (Analysis Of Variant) dan dilanjutkan dengan uji Tukey, penelitian menunjukkan formulasi salep daun sintrong memenuhi persyaratan uji salep mengalami penyempitan luka, membentuk keropeng dan menutup luka.

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK n-HEKSAN, ETIL ASETAT DAN ETANOL MIKROALGA Cosmarium sp. DENGAN METODE PEREDAMAN RADIKAL BEBAS ABTS SERTA IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIFNYA DENGAN KG-SM

No: 385 Cosmarium sp. merupakan mikroalga yang banyak hidup di air tawar dan masih belum banyak diketahui pemanfaatannya. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa senyawa eksopolisakarida dari Cosmarium sp. dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji aktivitas antioksidan dengan metode peredaman radikal bebas 2,2Azinobis-(3-ethylbenzothiazoline)-6-sulfonic acid (ABTS) dari ekstrak biomassa Cosmarium sp. menggunakan pelarut yang berbeda kepolarannya. Biomassa Cosmarium sp. diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut nheksan, etil asetat dan etanol sehingga diperoleh ekstrak n-heksan, etil asetat, dan etanol. Selanjutnya dilakukan pengujian antioksidan dari ketiga ekstrak tersebut dan diperoleh nilai IC50 berturut-turut 104,339 ppm, 180,070 ppm dan 55,950 ppm. Selanjutnya ekstrak etanol yang memiliki aktivitas antioksidan paling baik dilakukan fraksinasi dan diperoleh fraksi A, fraksi B, fraksi C dan fraksi F dengan nilai IC50 berturut-turut 99,60 ppm, 53,562 ppm, 193,950 ppm dan 385,60 ppm. Fraksi A dan B yang memiliki aktivitas antioksidan kuat dilakukan analisis dengan KG-SM. Hasil analisis KG-SM pada fraksi A menunjukkan sebanyak 7 senyawa aktif dari golongan asam lemak (19,47 %), alkohol (2,00 %), alkohol lemak (1, 08 %) dan ftalat (5,35 %). Hasil analisis KG-SM pada fraksi B menunjukkan sebanyak 4 senyawa aktif dari golongan asam lemak (24,12 %) dan ftalat (3,60 %). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa fraksi B memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat karena jumlah asam lemak tak jenuh pada fraksi B lebih banyak dari fraksi A. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa mikroalga Cosmarium sp. dapat dijadikan obat herbal sebagai antioksidan yang bersifat alami.

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Staphylococcus YANG MENGHASILKAN AKTIVITAS ANTIBIOTIK DALAM KULIT DAGU PRIA BERJANGGUT

No: 384 Berjanggut merupakan sunah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, yang bermanfaat bagi kesehatan kulit muka karena terlindung dari sinar matahari, debu, infeksi dan melembabkan kulit. Banyak spesies bakteri ditemukan pada kulit dagu berjanggut yang hidup berkompetisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri Staphylococcus penghasil zat antibiotik yang tumbuh pada kulit dagu berjanggut. Sampel bakteri diambil dengan cotton bud dari kulit dagu berjanggut 20 orang pria di daerah Bogor. Bakteri Staphylococcus kemudian diisolasi dan diidentifikasi, diinokulasikan dan diuji daya hambatnya pada pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Hasil penelitian menyimpulkan adanya bakteri Staphylococcus epidermidis pada kulit dagu janggut pria yang dilihat secara mikroskopik berbentuk kokus, berkelompok tidak teratur, dan dinding sel bakteri berwarna ungu. Dilihat secara makroskopik pigmen bakteri berwarna putih pada media Nutrient Agar, tidak memberikan perubahan warna pada media Mannitol Salt Agar (MSA) dan mampu menghasilkan aktivitas antibiotik, dari 20 sampel yang diambil pada minggu pertama hanya kode sampel J1 dan J9 yang mampu menghasilkan aktivitas antibiotik dengan diameter zona hambat rata-rata yaitu 0,261 cm dan 0,210 cm, pada pengambilan sampel minggu kedua yang mampu menghasilkan aktivitas antibiotik yaitu kode sampel JI dan J9 dengan masing-masing diameter zona hambat rata-rata yaitu 0,268 cm dan 0,206 cm, pada pengambilan sampel minggu ketiga yang mampu menghasilkan aktivitas antibiotik yaitu kode sampel J3, J5 dan J7 dengan masing-masing diameter zona hambat rata-rata yaitu 0,240 cm, 0,211 cm dan 0,199 cm.

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) DALAM SEDIAAN GEL TERHADAP PENGHAMBATAN Propionibacterium acne SECARA IN VITRO

No: 383 Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan salah satu buah yang dapat hidup di iklim tropis dan memiliki banyak manfaat pada bagian kulit buah karena mengandung beberapa senyawa fitokimia diantaranya flavonoid, fenol dan steroid yang dapat bermanfaat untuk mengatasi jerawat. Jerawat merupakan manifestasi peradangan yang terjadi pada pori-pori kulit yang tersumbat disebabkan Propionibacterium acne. Oleh karena itu dilakukan penelitian uji efektivitas antibakteri dalam menghambat Propionibacterium acne secara in vitro juga uji stabilitas dan evaluasi fisika kimia terhadap gel yang mengandung ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% dalam suasana asam dengan 5 variasi formula dan kandungan fenol sebesar 7,12% setara dengan asam galat. Dari hasil uji aktivitas antibakteri menggunakan metode disk diffuse diperoleh zona hambat 6 mm pada formula plasebo; 7,16 mm pada formula kontrol negatif; 15,04 mm pada formula kontrol positif yang mengandung ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn.); 12,53 mm pada formula 1 35,64% (1xIC50 asam galat), dan formula 2 71,28% (2xIC50 asam galat) yang menghasilkan zona hambat 14,61 mm, yang memiliki zona hambat terbaik. Kemudian dilakukan uji stabilitas pada formula 2 dan disimpulkan bahwa sediaan tersebut stabil secara fisik.

INHIBISI ENZIM α-GLUKOSIDASE DARI EKSTRAK AIR DAN ETANOL KULIT BUAH LABU AIR (Lagenaria siceraria)

No: 382 Diabetes Melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya serta menyebabkan komplikasi kronis (Depkes 2005). Tujuan penelitian ini yaitu untuk menentukan potensi aktivitas ekstrak air dan etanol dengan konsentrasi 30%, 70%, dan 96% kulit labu air dalam menginhibisi aktivitas enzim α-glukosidase. Simplisia kulit buah labu diekstraksi dengan air dan etanol menggunakan metode maserasi. Ekstrak kental diidentifikasi senyawa kimianya dan diuji aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase. Pada uji fitokimia ekstrak kulit buah labu air positif mengandung senyawa flavonoid dan saponin. Ekstrak kulit buah labu air memiliki nilai inhibisi terendah terletak pada ekstrak air dengan pelarut 1.2% dan nilai tertinggi terletak pada ekstrak etanol 30%. Berdasarkan hasil uji analisis one way ANOVA perlakuan terdapat perbedaan inhibisi enzim α-glukosidase yang cukup signifikan dan berdasarkan uji Pos Hoct Test Duncan keempat perlakuan berbeda nyata diperoleh hasil nilai IC50 yang terbaik terletak pada ekstrak etanol 96% dengan konsentrasi 1.2%, 1.4%, 1.6%, dan 1.8% dengan rerata 0.487%.

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL, ETIL ASETAT DAN n-HEKSAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus epidermidis

No: 381 Penggunaan antiseptik yang tidak tepat dapat menyebabkan masalah kekebalan dari antimikrobial dan peningkatan resistansi. Oleh karena itu masyarakat mulai menggunakan obat tradisional untuk mengobati infeksi. Salah satu tanaman yang dapat mengobati infeksi yaitu daun kelor (Moringa oleifera Lam.). Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui kandungan senyawa pada ekstrak etanol, ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksan dari daun kelor (Moringa oleifera Lam.) serta mengetahui dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan daun kelor mengandung senyawa tanin, steroid, triterpenoid, flavonoid, saponin dan alkaloid. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan senyawa pada ekstrak etanol, ekstrak etil asetat, dan ekstrak n-heksan dari daun kelor (Moringa oleifera Lam.) dan mengetahui aktivitas ekstrak etanol, ekstrak etil asetat, dan ekstrak nheksan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi bertingkat dengan pelarut nheksan, etil asetat, dan etanol 96%. Di uji fitokimia dan uji aktivitas dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram dengan mengamati diamater zona hambat. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang nyata dari ekstrak etanol 96% dan ekstrak etil asetat daun kelor terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis dibandingkan dengan ekstrak n-heksan. Uji statistik menunjukkan pengaruh nyata pada ekstrak daun kelor dengan nilai sig < 0,05.

PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI PREPARAT KERING BEKU SUPERNATAN Lactococcus lactis DAN Weissela confusa PADA MEDIA De Man Rogrosa and Sharpe Broth (MRSB) DAN MEDIA ALTERNATIF

No: 380 Bakteri asam laktat (BAL) merupakan bakteri yang dapat menghasilkan bakteriosin bersifat bakterisidal terhadap bakteri lain dan dapat tumbuh dalam media yang sesuai seperti De Man Rogrosa and Sharpe Broth (MRSB). Namun dikarenakan harga media MRSB yang mahal, sehingga perlu dicari media alternatif untuk pertumbuhan Lactococcus lactis (L.lactis) dan Weissella confusa (W.confusa) sebagai media pertumbuhan. Sebagai pembanding digunakan BAL komersial. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan media alternatif yang dapat menggantikan media pertumbuhan BAL yang memiliki aktivitas antibakteri dan memiliki kadar protein yang cukup baik, sehingga penelitian menggunakan media alternatif dari sari buah nanas. BAL ditumbuhkan pada kedua media selama 48 jam, kemudian dilakukan sentrifugase sehingga didapatkan supernatan BAL, kemudian dilakukan freezer drying untuk mendapatkan preparat kering beku. Pertumbuhan BAL diamati dengan pengukuran kepadatan sel menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Konsentrasi kadar protein supernatan dan preparat diukur dengan metode Bradford sedang pengukuran Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dengan metode MTT assay. Hasil menunjukkan kepadatan sel BAL komersial yang ditumbuhkan pada media MRSB paling tinggi secara nyata disusul dengan W.confusa pada media MRSB, sedangkan kepadatan sel BAL lain yang ditumbuhkan pada media MRSB atau media alternatif tidak berbeda nyata. Kadar protein supernatan BAL pada media alternatif mempunyai kecenderungan sama dengan MRSB. Nilai KHM pada media alternatif lebih rendah dibandingkan media MRSB berturut-turut untuk L.lactis, W.confusa dan BAL komersial yaitu 8, 16 dan 32 µg/mL dan pada media MRSB 32, 64 dan 128 µg/mL. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa media alternatif dapat digunakan sebagai media pengganti sebagai media pertumbuhan BAL.