Sebanyak 2482 item atau buku ditemukan

SEDIAAN KRIM KOMBINASI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN JAMBU MAWAR (Syzygium jambos (L.) Aston), DAUN JAMBU BOL (Syzygium malaccense (L) Merr, & L.M. Perry), YANG MEMILIKI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

No. 864 Antioksidan adalah solusi untuk mencegah terjadinya oksidasi pada radikal bebas yang menyebabkan berbagai penyakit. Salah satu tanaman yang mengandung aktivitas antioksidan yaitu daun jambu mawar dan daun jambu bol. Kandungan senyawa fenol dan flavonoid terkandung pada daun jambu mawar, daun jambu bol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan stabilitas yang sangat baik dari komposisi krim daun jambu mawar dan daun jambu bol berdasarkan uji mutu. metode penelitian dimulai dari masing-masing daun jambu mawar, daun jambu bol penentuan kadar air, diekstraksi menggunakan metode maserasi, uji fitokimia, formulasi pembuatan krim dan uji aktivitas antioksidan. Formula krim ini menggunakan ekstrak daun jambu mawar dan daun jambu bol pada formula 1 dengan perbandingan (2:2), formula 2 (3:1), formula 3 (1:3) dan kontrol positif (SariAyu) pengujian aktivitas antioksidan yang diukur secara spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian ini menunjukan nilai IC50 berturut-turut sebesar 67,29 ppm, 12,43 ppm dan 122,15 ppm. Antioksidan paling kuat ditemukan pada formula 2 dengan perbandingaan (3:1). Sediaan krim diuji selama 28 hari pada suhu kamar (27oC), dan diuji Cycling Test pada suhu rendah (4oC), dan suhu panas (40oC). Evaluasi sediaan dengan parameter sediaan krim, yaitu warna hijau, aroma khas, homogen, dengan pH 4-6,5, daya sebar dengan nilai 5-7 cm, daya lekat 2-300 detik, viskositas 4000-40000 cPs. Kata kunci: Krim, Daun jambu mawar, Daun jambu bol, antioksidan, Stabilitas

FORMULASI DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN OBAT KUMUR HERBAL INFUSA DAUN SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L.) TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans

No. 863 Karies gigi adalah penyakit pada daerah mulut gigi yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans . Salah satu tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans adalah tanaman sereh wangi (Cymbopogon nardus L.) karena mengandung flavonoid dan tanin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan formulasi obat kumur herbal infusa daun sereh wangi yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans . Pengujian stabilitas obat kumur pada F1 (25%), F2 (12,5%), dan F3 (6,25%), dilakukan pada suhu rendah (4 0C), suhu ruang (270C), dan suhu tinggi (400C) selama 28 hari. Pengujian ini meliputi uji aktivitas antibakteri menggunakan metode sumuran, uji mutu fisik sediaan, pH dan viskositas. Aktivitas antibakteri pada awal uji stabilitas F1, F2, dan F3 berturut-turut menunjukkan zona hambat sebesar 16,33; 15,57; dan 14,90 mm, dan pada minggu ke-4 stabilitas pada suhu 4 0C (9,87; 8,2; dan 7,67 mm) suhu 270C (9,3; 8,83; dan 7,73 mm) dan suhu 40 0C (9,13; 7,13; dan 6,3 mm). Hasil uji stabilitas pH untuk ketiga formulasi memenuhi syarat mutu pada kisaran 5,56-7 (persyaratan pH 5-7). Hasil uji kestabilan viskositas menunjukkan nilai viskositas pada kisaran 0,81-2,38 cps. Pada suhu 4 0C viskositas tidak memenuhi syarat dikarenakan lebih besar dari viskositas air. Kata Kunci : Antibakteri, Daun sereh wangi, Sediaan Obat kumur, Streptococcus mutans

PERBANDINGAN KEBERHASILAN TERAPI PASIEN COVID- 19 DENGAN KOMORBID DAN NON KOMORBID DI RSUD CIAWI PERIODE OKTOBER – DESEMBER 2020

No. 862 Penyakit Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus. Sebagian besar orang akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga kritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sosiodemografi pasien, penyakit komorbid, perbandingan keberhasilan terapi pada pasien penyakit Covid- 19 komorbid dan non komorbid. Penelitian bersifat retrospektif. Untuk pengambilan data melalui rekam medis pasien rawat inap Covid-19 periode Oktober-Desember 2020. Data dianalisa statistik deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil dari penelitian ini yaitu di dapat (63 pasien) sehat dan (32 pasien) meninggal komorbid dan non komorbid, serta terdapat (39 pasien) sehat komorbid, (24 pasien) sehat non komorbid, dan (23 pasien) meninggal komorbid, (9 pasien) meninggal non komorbid, lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki (54 pasien), kelompok usia yang rentan terpapar ialah usia 46–55 tahun (36 pasien), frekuensi tertinggi pendidikan SMA (39 pasien), frekuensi tertinggi pekerjaan IRT (36 pasien), komorbid terbanyak yaitu diabetes melitus (28 pasien) dan hipertensi (19 pasien), serta rata-rata lama hari rawat pasien sehat komorbid dan non komorbid (10hari), meninggal komorbid (3hari), meninggal non komorbid (4hari). Hasil perbandingan keberhasilan terapi pada penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada pasien sehat dan meninggal baik komorbid maupun non komorbid dapat dilihat dari nilai P-value > 0,05 (P-value sebesar 0.428). Kata kunci: Covid-19, keberhasilan terapi, komorbid dan non komorbid

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENGELOLAAN OBAT LASA TERHADAP KEJADIAN MEDICATION ERROR PADA TAHAP DISPENSING DI INSTALASI FARMASI RSUD PALABUHANRATU

No. 860 Medication error adalah ketidaktepatan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan banyak kerugian pada pasien yang sebenarnya dapat dicegah. Penelitian dilatar belakangi masih ditemukannya kejadian medication error pada saat pelayanan kefarmasian berlangsung khususnya pada fase dispensing. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pengelolaan obat LASA dengan kejadian medication error pada tahap dispensing di Instalasi Farmasi RSUD Palabuhanratu yang menjadi faktor penyebab terjadinya medication error dengan metode cross sectional secara prospektif menggunakan kuesioner. Jumlah sampel 30 petugas pelayanan kefarmasian yang dihitung menggunakan purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei- Juli 2021 di Instalasi Farmasi RSUD Palabuhanratu. Hasil data sosiodemografi petugas pelayanan kefarmasian usia terbanyak dewasa awal (44%), jenis kelamin terbanyak perempuan (70%), pendidikan terbanyak SMK Farmasi (50%), dan masa kerja terbanyak 1-5 tahun (37%). Pengetahuan obat LASA terbanyak berkriteria baik (80%), pengelolaan obat LASA terbanyak berkriteria baik (60%) dan medication error tercatat sebanyak (27%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan obat LASA dengan medication error (p-value=0.34) dan terdapat hubungan yang signifikan antara pengelolaan obat LASA dengan medication error (p-value=0.01). Kata Kunci : Medication Error, Pengetahuan, Pengelolaan, LASA

KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS CIPAKU BOGOR

No. 859 Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi, biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Penyakit akut ditandai oleh demam berkepanjangan, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, dan diare. Dari data WHO di dapatkan perkiraan jumlah kasus demam tifoid mencapai angka antara 11 dan 21 juta kasus dan 128.000 hingga 161.000 kematian terkait demam tifoid terjadi setiap tahun di seluruh dunia (WHO, 2018). Salah satu tata laksana penyakit ini adalah dengan pemberian antibiotik yang penggunaannya perlu dievaluasi untuk menjamin mutu dan efektivitas terapi demam tifoid, meliputi tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, frekuensi waktu pemberian dan lama pemberian atau terapinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid di Puskesmas Cipaku Bogor. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan pengumpulan data secara retrospektif dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian pada 72 pasien, didapatkan data 100% tepat pasien, 100% tepat indikasi, 100% tepat obat, 81% tepat dosis, 68% tepat frekuensi waktu pemberian, dan 92% tepat lama pemberian. Kata kunci: Antibiotik, Demam Tifoid, Evaluasi Penggunaan Obat.

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PENDERITA ISPA DI KLINIK KIRANA 1 BOGOR

No. 858 Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan suatu infeksi akut pada struktur saluran nafas yang mengganggu proses pertukaran gas mulai dari bagian hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura) yang sebagian besar disebabkan infeksi virus dan bakteri. Antibiotik adalah obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji kesesuain ketepatan penggunaan antibiotik dengan Pharmaceutical Care berdasarkan asas tepat indikasi, tepat dosis, tepat interval dan tepat lama pemberian obat pada pasien penderita ISPA di Klinik Kirana 1. Data yang digunakan adalah data rekam medis, yang dilakukan secara retrospektif pada pasien remaja akhir sampai manula penderita ISPA periode Juli-Desember 2020. Penelitian bersifat observasional (non eksperimental) retrospektif dan dianalisis secara deskriptif. Data sosiodemografi pasien penderita ISPA paling banyak berjenis kelamin laki-laki sebanyak 53,7% dan usia terbanyak yaitu dewasa awal sebanyak 37,8%. Penggunaan antibiotik terdiri dari Cefixime sebanyak 5 pasien (6,1%), Ciprofloxacin sebanyak 11 pasien (13,4%), kemudian Cefadroxil sebanyak 14 pasien (17,1%) dan Amoxicillin sebanyak 52 pasien (63,4%). Ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien penderita ISPA yaitu tepat dosis sebanyak 100%, tepat indikasi sebanyak 100%, tepat lama pemberian sebanyak 36,6%, dan tepat frekuensi pemberian sebanyak 100%. Kata kunci: Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Antibiotik, Ketepatan Antibiotik.

EVALUASI PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PRA OPERASI PADA PASIEN RAWAT INAP POST SECTIO CAESAREA DI RSIA PASUTRI BOGOR

No. 857 Section Caesarea merupakan proses persalinan yang memiliki risiko infeksi lebih besar yaitu 5-20 kali lipat dibandingkan persalinan secara normal. Risiko infeksi ini bisa diturunkan melalui penggunaan antibiotik profilaksis, dengan tujuan mengurangi insiden infeksi luka operasi paska bedah. Penelitian ini dilaksanakan demi mengetahui gambaran sosiodemografi pasien, gambaran penggunaan antibiotik profilaksis berdasar pada empat parameter tepat, yaitu tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, dan tepat waktu pemberian. Empat parameter tersebut merupakan acuan para rumah sakit yang tertuang di dalam SOP tindakan. Parameter tersebut wajib dilakukan untuk menghindari adanya infeksi luka operasi. Penelitian ini termasuk studi deskriptif melalui penggunaan data sekunder, dimana berasal dari rekam medik pasien yang melaksanakan sectio caesar di RSIA Pasutri Bogor periode April-Mei 2020. Hasil penelitian menunjukan dari 133 data rekam medis, profil pasien bedah section caesarea di RSIA Pasutri Bogor pada bulan April-Mei 2020 berdasarkan data sosiodemografi usia diperoleh data terbanyak usia 26-36 tahun 71 pasien (53,4%), Berdasarkan indikasi medis terbanyak yaitu riwayat bekas 70 pasien (52,63%) dan Ketuban Pecah Dini (KPD) 20 pasien (15,4%). Penggunaan antibiotik ceftriaxon 130 Pasien (97,74%) cefotaxime 3 pasien (2,26%.). Hasil evaluasi penggunaan antibiotik profilaksis adalah tepat pasien (100%), tepat dosis (0%), tepat obat (0%), serta tepat waktu pemberian (95,49%). Kata kunci : Pasien, Parameter Ketepatan, Evaluasi Penggunaan Obat

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP DAPATKAN, GUNAKAN, SIMPAN DAN BUANG (DAGUSIBU) OBAT GOLONGAN ANALGETIK DI APOTEK SENTOSA DEPOK

No. 855 Pengetahuan pasien mengenai Dapatkan, Gunakan, Simpan dan Buang Obat (DAGUSIBU) obat golongan analgetik masih banyak pasien yang tidak memahami mengenai penggunaan obat yang tepat, sehingga hal ini dapat menyebabkan timbulnya efek samping yang tidak diinginkan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sosiodemografi pasien di Apotek Sentosa Depok, mengetahui bagaimana cara pasien dalam mendapatkan obat, menggunakan obat, menyimpan obat, dan membuang obat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis frequency dengan SPSS versi 26. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cross-sectional dengan teknik purposive sampling. Dengan mengisi kuisioner menggunakan 80 responden dan 20 pernyataan dinyatakan valid setelah diuji validasi menggunakan SPSS. Dari data yang diperoleh menunjukkan lebih banyak responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 66,25% dengan usia dewasa awal (25-35 tahun) sebanyak 42,5%, pendidkan terakhir terbanyak yaitu perguruan tinggi sebanyak 35% dan memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 43,8%. Gambaran tingkat pengetahuan menunjukkan rata-rata tingkat DAGUSIBU pasien yaitu cara mendapatkan obat masuk dalam katagori baik sebesar 78,75%, cara menggunakaan obat masuk dalam katagori cukup dengan presentase 64,375% , cara menyimpan obat masuk dalam katagori cukup dengan presentase 60% dan cara membuang obat masuk dalam katagori cukup dengan presentasi